Senin, 08 Juli 2013

Sampling Audit

SAMPLING AUDIT
Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut. Auditor seringkali mengetahui dimana saldo-saldo akun dan transaksi yang mungkin sekali mengandung salah saji. Auditor mempertimbangkan pengetahuan ini dalam perencanaan prosedur auditnya, termasuk sampling audit. Auditor biasanya tidak memiliki pengetahuan khusus tentang saldo-saldo akun atau transaksi lainnya yang menurut pertimbangannya, perlu diuji untuk memenuhi tujuan auditnya. Dalam hal terakhir ini, sampling audit sangat berguna.
Sampling audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian pengendalian, maupun pengujian substantif. Meskipun demikian, auditor biasanya tidak menerapkan sampling audit dalam prosedur pengujian yang berupa pengajuan pertanyaan atau tanya jawab, observasi, dan prosedur analitis. Sampling audit banyak diterapkan auditor dalam prosedur pengujian yang berupa vouching, tracing, dan konfirmasi. Sampling audit jika diterapkan dengan semestinya akan dapat menghasilkan bukti audit yang cukup, sesuai dengan yang diinginkan standar pekerjaan lapangan yang ketiga.

Tahapan Sampling Audit
Langkah-langkah sampling dibagi dalam enam tahap:
1. Menyusun Rencana Audit
Kegiatan sampling audit diawali dengan penyusunan rencana audit. Pada tahap ini ditetapkan:
  • Jenis pengujian yang akan dilakukan, karena berpengaruh pada jenis sampling yang akan digunakan. Pada pengujian pengendalian biasanya digunakan sampling atribut, dan pada pengujian substantif digunakan sampling variabel.
  • Tujuan pengujian, pada pengujian pengendalian untuk meneliti derajat keandalan pengendalian, sedangkan pengujian substantif tujuannya meneliti kewajaran nilai informasi kuantitatif yang diteliti.
  • Populasi yang akan diteliti, disesuaikan dengan jenis dan tujuan pengujian yang akan dilakukan.
  • Asumsi-asumsi yang akan digunakan dalam penelitian, terutama yang diperlukan untuk menentukan unit sampel dan membuat simpulan hasil audit, seperti tingkat keandalan, toleransi kesalahan, dan sebagainya.

2. Menetapkan Jumlah/Unit Sampel
Tahap berikutnya adalah menetapkan unit sampel. Jika digunakan metode sampling statistik, unit sampel ditetapkan dengan menggunakan rumus/formula statistik sesuai dengan jenis sampling yang dilakukan. Pada tahap ini hasilnya berupa pernyataan mengenai jumlah unit sampel yang harus diuji pada populasi yang menjadi objek penelitian.
3. Memilih Sampel
Setelah diketahui jumlah sampel yang harus diuji, langkah selanjutnya adalah memilih sampel dari populasi yang diteliti. Jika menggunakan sampling statistik, pemilihan sampelnya harus dilakukan secara acak (random).
4. Menguji Sampel
Melalui tahap pemilihan sampel, peneliti mendapat sajian sampel yang harus diteliti. Selanjutnya, auditor menerapkan prosedur audit atas sampel tersebut. Hasilnya, auditor akan memperoleh informasi mengenai keadaan sampel tersebut.
5. Mengestimasi Keadaan Populasi
Selanjutnya, berdasarkan keadaan sampel yang telah diuji, auditor melakukan evaluasi hasil sampling untuk membuat estimasi mengenai keadaan populasi. Misalnya berupa estimasi tingkat penyimpangan/kesalahan, estimasi nilai interval populasi, dan sebagainya.
6. Membuat Simpulan Hasil Audit
Berdasarkan estimasi (perkiraan) keadaan populasi di atas, auditor membuat simpulan hasil audit. Biasanya simpulan hasil audit ditetapkan dengan memperhatikan/ membandingkan derajat kesalahan dalam populasi dengan batas kesalahan yang dapat ditolerir oleh auditor. Jika kesalahan dalam populasi masih dalam batas toleransi, berarti populasi dapat dipercaya. Sebaliknya, jika kesalahan dalam populasi melebihi batas toleransi, populasi tidak dapat dipercaya.

STATISTICAL DAN NONSTATISTICAL SAMPLING
Standar Profesional Akuntan Publik pada Standar Pekerjaan Lapangan ketiga menyatakan bahwa:
“Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan”.
Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit yang dapat dipilih auditor untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup. Kedua pendekatan tersebut adalah:
1. Sampling statistik (statistical sampling)
2. Sampling nonstatistik (nonstatistical sampling)
Kedua pendekatan tersebut apabila diterapkan sebagaimana mestinya akan menghasilkan bukti audit yang cukup. Kedua pendekatan tersebut mengharuskan auditor untuk menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian sampel, serta dalam menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari sampel dengan bukti audit lain dalam penarikan kesimpulan atas saldo akun atau kelompok transaksi yang berkaitan.
Cukup atau tidaknya bukti audit berkaitan dengan, antara lain desain dan ukuran sampel audit. Ukuran sampel yang diperlukan untuk menghasilkan bukti audit yang cukup tergantung pada tujuan dan egisiensi sampel. Untuk tujuan tertentu, efisiensi sampel berhubungan dengan desainnya. Suatu sampel akan lebih efisien daripada yang lain jika sampel tersebut dapat mencapai tujuan yang sama dengan ukuran sampel yang lebih kecil. Secara umum, desain yang hati-hati akan menghasilkan sampel yang lebih efisien.
Penilaian kompetensi bukti tidak ditentukan oleh rancangan dan penilaian atas sampel audit. Penilaian kompetensi bukti audit semata-mata merupakan pertimbangan audit. Penilaian sampel hanya berkaitan dengan kemungkinan bahwa keberadaan salah saji, atau penyimpangan moneter dari kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang ditetapkan adalah dimasukkan dalam sampel secara proporsional. Oleh karena itu, pemilihan metode sampling statistik atau sampling non statistik tidak secara langsung mempengaruhi keputusan auditor mengenai:
a. Prosedur audit yang akan diterapkan atas sampel yang dipilih.
b. Kompetensi bukti audit yang diperoleh berkaitan dengan item sampel individual.
c. Tanggapan auditor atas kesalahan yang ditemukan dalam item sampel.
Pemilihan antara kedua pendekatan tersebut didasarkan terutama pada pertimbangan manfaat dan biaya. Auditor dapat menggunakan sampling statistik atau sampling non statistik atau kedua-duanya dalam melaksanakan pengujian audit.

SAMPLING DAN RISIKO AUDIT
Beberapa tingkat ketidakpastian secara implisit termasuk dalam konsep “sebagai dasar memadai untuk suatu pendapat”  yang diacu dalam standar pekerjaan lapangan ketiga. Dasar untuk menerima beberapa ketidakpastian timbul dari hubungan antara faktor-faktor seperti biaya dan waktu yang diperlukan untuk memeriksa semua data dan konsekuensi negatif dari kemungkinan keputusan yang salah yang didasarkan atas kesimpulan yang dihasilkan dari audit terhadap data sampel saja. Jika faktor-faktor ini tidak memungkinkan penerimaan ketidakpastian, maka alternatifnya hanyalah memeriksa semua data. Karena hal ini jarang terjadi, maka konsep dasar sampling menjadi lazim dalam praktik audit.
Ketidakpastian yang melekat dalam penerapan prosedur-prosedur audit disebut risiko audit. Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadarinya tidak memodifikasi sebagaimana mestinya pendapatnya atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Risiko audit terdiri dari: (a) risiko [meliputi risiko bawaan (inherent risk) dan risiko pengendalian (control risk)] bahwa saldo akun atau golongan transaksi mengandung salah saji (disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan) yang dapat menjadi material terhadap laporan keuangan apabila digabungkan dengan salah saji pada saldo akun atau golongan transaksi lainnya,  dan (b) risiko [risiko deteksi (detection risk)] bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji tersebut. Pembahasan berikut menjelaskan risiko audit dalam konteks tiga komponen risiko di atas.
a. Risiko Bawaan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait. Risiko salah saji demikian adalah lebih besar pada saldo akun atau golongan transaksi tertentu dibandingkan dengan yang lain. Sebagai contoh, perhitungan yang rumit lebih mungkin disajikan salah jika dibandingkan dengan perhitungan yang sederhana.
b. Risiko Pengendalian
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas. Risiko ini merupakan fungsi efektivitas desain dan operasi pengendalian intern untuk mencapai tujuan entitas yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan entitas.
c. Risiko Deteksi
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi merupakan fungsi efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini timbul sebagian karena ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa 100% saldo akun atau golongan transaksi, dan sebagian lagi karena ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo akun atau golongan transaksi tersebut diperiksa 100%. Ketidakpastian lain semacam itu timbul karena auditor mungkin memilih suatu prosedur audit yang tidak sesuai, menerapkan secara keliru prosedur yang semestinya, atau menafsirkan secara keliru hasil audit.
Dengan menggunakan pertimbangan profesional, auditor menilai berbagai faktor untuk menentukan risiko bawaan dan risiko pengendalian (penentuan risiko pengendalian pada tingkat yang lebih rendah daripada tingkat maksimum akan menuntut pelaksanaan pengujian atas pengendalian), dan melakukan pengujian substantif (prosedur analitik dan pengujian atas rincian saldo-saldo akun atau kelompok transaksi) untuk membatasi risiko deteksi.
Risiko audit meliputi ketidakpastian yang disebabkan oleh sampling dan ketidakpastian yang disebabkan oleh faktor-faktor selain sampling. Aspek-aspek risiko audit adalah risiko sampling dan risiko nonsampling.

  • Risiko sampling timbul dari kemungkinan bahwa, jika suatu pengujian pengendalian atau pengujian substantif terbatas pada sampel, kesimpulan auditor mungkin menjadi lain dari kesimpulan yang akan dicapainya jika cara pengujian yang sama diterapkan terhadap semua unsur saldo akun atas kelompok transaksi. Dengan pengertian, suatu sampel tertentu mungkin mengandung salah saji moneter atau penyimpangan dari pengendalian yang telah ditetapkan, yang secara proporsional lebih besar atau kurang daripada yang sesungguhnya terkandung dalam saldo akun atau kelompok transaksi secara keseluruhan. Untuk suatu desain sampel tertentu, risiko sampling akan bervariasi secara berlawanan dengan ukuran sampelnya: semakin kecil ukuran sampel, semakin tinggi risiko samplingya.
  • Risiko nonsampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan dengan sampling. Seorang auditor mungkin menerapkan prosedur audit terhadap semua transaksi atau saldo dan tetap gagal mendeteksi salah saji yang material. Risiko nonsampling meliputi kemungkinan pemilihan prosedur audit yang tidak semestinya untuk mencapai tujuan audit tertentu. Sebagai contoh, pengiriman surat konfirmasi atas piutang yang tercatat tidak dapat diandalkan untuk menemukan piutang yang tidak tercatat. Risiko nonsampling juga muncul karena auditor mungkin gagal mengenali salah saji yang ada pada dokumen yang diperiksanya, hal yang akan membuat prosedur audit menjadi tidak efektif walapun ia telah memeriksa semua data.
Jenis Pengujian Audit yang Mungkin Memerlukan Sampling
1. Pengujian pengendalian
2. Pengujian substantif atas transaksi
3. Pengujian atas rincian saldo

Sebagian besar konsep sampling untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaki dapat juga diterapkan bagi sampling pengujian atas rincian saldo.
Dalam kedua kasus auditor ingin membuat kesimpulan mengenai populasi secara keseluruhan berdasarkan sampel. Karena pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi, dan pengujian atas rincian saldo. Untuk mengatasi resiko sampling, auditor dapat menggunakan metode non statistik atau statistik atas ketifa jenis pengujian tersebut. Perbedaan utama antara pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi dan pengujian atas rincian saldo terletak pada apa yang ingin diukur oleh auditor.

Jenis Statistical Sampling
Ada dua macam teknik sampling statistik, yaitu:
a. Attribute sampling
Teknik ini digunakan dalam pengujian pengendalian. Kegunaanya adalah untuk memperkirakan tingkat deviasi atau penyimpangan dari pengendalian yang ditentukan dalam populasi.
b. Variables sampling
Teknik ini digunakan dalam pengujian substantif. Kegunaan variables sampling adalah untuk memperkirakan jumlah rupiah total dari populasi atau jumlah rupiah kesalahan dalam populasi.

Resiko Sampling
Auditor harus menerapkan pertimbangan profesional dalam menentukan risiko sampling. Dalam menyelenggarakan pengujian substantif atas rincian, auditor memperhatikan dua aspek dari risiko sampling: Risiko keliru menerima (risk of incorrect acceptance), yaitu risiko mengambil kesimpulan, berdasarkan basil sampel, bahwa saldo akun tidak berisi salah saji secara material, padahal kenyataannya saldo akun telah salah saji secara material. Risiko keliru menolak ( risk of incorrect reject ion) , yaitu risiko mengambil kesimpulan, berdasarkan hasil sampel, bahwa saldo akun berisi salah saji secara material, padahal kenyataannya saldo akun tidak berisi salah saji secara material. Auditor juga memperhatikan dua aspek risiko sampling dalam menyelenggarakan pengujian
pengendalian jika ia menggunakan sampling:

  • Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of assessing control risk too low), yaitu risiko menentukan tingkat risiko pengendalian, berdasarkan hasil sample, terlalu rendah dibandingkan dengan efektivitas operasi pengendalian yang sesungguhnya.
  • Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of assessing control risk too high), yaitu risiko menentukan tingkat risiko pengendalian, berdasarkan hasil sample, yang terlalu t inggi dibandingkan dengan efekt ivitas operasi pengendalian yang sesungguhnya.
Risiko keliru menolak dan risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi, berkaitan dengan efisiensi audit. Sebagai contoh, jika penilaian auditor atas sampel audit menuntunnya pada kesimpulan awal yang keliru bahwa suatu saldo telah salah saji secara material, padahal kenyataannya tidak demikian, penerapan prosedur tambahan dan pertimbangan atas bukti-bukti audit yang lain biasanya akan menuntun auditor ke kesimpulan yang benar. Sama halnya, jika penilaian auditor atas sampel menuntunnya pada penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi, maka biasanya auditor akan memperluas lingkup pengujian substantif untuk mengkompensasi anggapannya atas ketidakefektivan pengendalian Walaupun audit dilaksanakan kurang efisien dalam kondisi tersebut, namun tetap efektif.
Risiko keliru menerima dan risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah, berkaitan dengan efektivitas audit dalam pendeteksian terhadap ada atau tidaknya salah saji yang material. Risiko-risiko ini akan dibahas pada paragraf-paragraf selanjutnya.

STATISTICAL DAN NON STATISTICAL SAMPLING DALAM PENGUJIAN PENGENDALIAN
Sampling Statistik
Untuk tujuan pertama biasanya digunakan sampling penemuan (discovery sampling), sedangkan untuk tujuan kedua biasanya digunakan sampling penerimaan (acceptance sampling). Berikut disajikan uraian mengenai ketiga metode sampling tersebut, yaitu sampling atribut, sampling penemuan, dan sampling penerimaan.
a. Sampling Atribut
Metode sampling statistik yang lazim digunakan pada pengujian pengendalian adalah sampling atribut, yaitu metode sampling yang meneliti sifat non angka dari data, karena pada pengujian pengendalian fokus perhatian auditor adalah pada jejak-jejak pengendalian yang terdapat pada data/dokumen yang diuji, seperti paraf, tanda tangan, nomor urut pracetak, bentuk formulir, dan sebagainya, yang juga bersifat non angka, seperti unsur-unsur yang menjadi perhatian pada sampling atribut.
Sampling atribut bertujuan untuk membuat estimasi (perkiraan) mengenai keadaan populasi. Namun demikian, dalam audit kadang-kadang pengujian pengendalian tidak dimaksudkan untuk memperkirakan keadaan populasi, melainkan misalnya untuk mengetahui:
- apakah ada hal tertentu yang perlu mendapat perhatian pada populasi yang diteliti, atau
- menetapkan akan menerima/menolak populasi yang diteliti.
Sampling atribut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu “menggunakan rumus statistik” dan “menggunakan tabel”. Namun yang lebih sering digunakan adalah dengan menggunakan tabel. Tahapan dan proses pelaksanaan sampling atribut yang menggunakan tabel dilaksanakan sebagai berikut:
a) Menyusun Rencana Audit
Pada tahap ini ditetapkan tujuan audit dan unsur-unsur yang diperlukan untuk menentukan unit sampel, membuat hasil sampling dan simpulan hasil audit. Tujuan umum pengujian pengendalian adalah untuk menentukan sikap mengenai keandalan pengendalian intern auditi. Yang ditetapkan di sini adalah tujuan spesifik. Unsur-unsur yang perlu ditetapkan terlebih dahulu untuk menentukan unit sampel sesuai dengan tabel penetapan unit sampel yaitu:
1) Risiko sampling/ARO
2) Toleransi penyimpangan/TDR
3) Perkiraan kesalahan dalam populasi/EPDR

b) Menetapkan Jumlah (Unit) Sampel
Berdasarkan perencanaan audit, auditor turun ke lapangan. Hal pertama yang dilakukan adalah mendapatkan populasi, kemudian memastikan unitnya. Jika populasi sedikit lakukan pengujian 100% (sensus). Jika banyak, dapat dilakukan pengujian secara sampling.

c) Memilih Sampel
Setelah diketahui jumlah sampel yang harus diuji, langkah selanjutnya adalah memilih sampel dari populasi yang diteliti. Karena metode sampling yang digunakan adalah sampling statistik, maka pemilihan sampel harus dilakukan secara acak (random).

d) Menguji Sampel
Sampel yang telah diperoleh melalui pemilihan sampel, kemudian diuji dengan menerapkan prosedur audit.

e) Mengestimasi Keadaan Populasi
Berdasarkan keadaan sampel yang diuji, dibuat perkiraan banyaknya penyimpangan dalam populasi.

f) Membuat Simpulan Hasil Audit
Setelah keadaan populasi diperkirakan, dapatlah dibuat simpulan hasil audit, yaitu berdasarkan perbandingan antara: “toleransi penyimpangan (TDR)” dengan “hasil sampling”, yaitu perkiraan penyimpangan dalam populasi (CUDR).

b. Metode Sampling Statistik Lainnya
Berikut ini diuraikan dua metode sampling statistik lain yang dapat digunakan untuk pengujian pengendalian.
a. Sampling Penemuan (Discovery/Exploratory Sampling)
Sampling Penemuan adalah teknik sampling yang bertujuan untuk menemukan suatu kejadian serius atau penyimpangan yang perlu mendapat perhatian dalam populasi yang diuji. Sampling penemuan hendaknya diterapkan untuk menguji ketaatan terhadap ketentuan yang tidak ada toleransi atas satu penyimpangan pun.
b. Sampling Penerimaan (Acceptance Sampling)
Sampling Penerimaan adalah teknik sampling yang bertujuan untuk menentukan sikap, menerima (accept) atau menolak (reject) populasi. Unit sampelnya ditetapkan dari Tabel Ukuran Sampel untuk Sampling Penerimaan. Hal yang harus ditetapkan lebih dahulu, sehingga tabel itu dapat dipakai, adalah: unit populasi (N), probabilitas penerimaan, dan estimasi penyimpangan dalam populasi (EPDR). Sikap auditor ditetapkan dengan membandingkan acceptance number dengan jumlah penyimpangan yang ditemukan dalam sampel:
- Jika kesalahan dalam populasi tidak melebihi acceptance number, populasi diterima
- Jika kesalahan dalam populasi melebihi acceptance number, populasi ditolak
Dalam audit, menerima populasi berarti menyatakan pengendalian intern handal, sebaliknya menolak populasi, berarti menyatakan pengendalian intern lemah.
Sampling Non Statistik
Pada sampling non statistik, unit sampel dan evaluasi hasil samplingnya dilakukan berdasarkan judgement, tanpa menggunakan formula/rumus yang baku. Pemilihan sampelnya boleh dilakukan secara acak dan non acak. Contohnya:
(1) Menyusun Rencana Audit.
Yang paling utama ditetapkan pada tahap ini adalah:
- Tujuan audit, misalnya menilai ketaatan pengadaan barang dan jasa terhadap pagu anggaran.
- Toleransi penyimpangan (TDR), sebagai bahan pertimbangan untuk membuat simpulan hasil audit, misalnya ditetapkan TDR = 2%.
(2) Menetapkan Unit Sampel
Unit sampel (n) ditetapkan berdasarkan judgement, tanpa menggunakan rumus atau formula tertentu, misalnya: n = 30 unit.
(3) Memilih Sampel
Pemilihan sampel boleh acak boleh pula tidak acak.
(4) Menguji Sampel dan Mengestimasi Keadaan Populasi
Pengujian sampel bertujuan untuk mengetahui keadaan sampel, misalnya dari sampel sebanyak 30 diatas ditemukan ada satu kegiatan pengadaan yang melebihi pagu anggaran.
Tingkat penyimpangan dalam sampel (sampling deviation rate/SDR) adalah 1/30 = 3,3%. Kondisi ini dianggap sama dengan populasi.
(5) Membuat Simpulan Hasil Audit
Simpulan dibuat berdasarkan perbandingan SDR dan TDR. Dalam hal ini SDR > TDR, berarti pengendalian pagu anggaran pengadaan lemah.

RISIKO SAMPLING DALAM PENGUJIAN SUBSTANTIF
Untuk sample yang dipilih secara random, resiko sampling ini dapat ditentukan secara pasti. Untuk sample yang dipilih secara non random resiko sampling tidak dapat ditentukan secara pasti. Risiko sampling berkaitan dengan pengambilan simpulan atas populasi (keseluruhan data) yang hanya didasarkan atas pengujian terhadap sampel. Risiko sampling terjadi jika sampel tidak representatif terhadap populasinya. Untuk mengatasi hal ini, auditor harus merencanakan sampling auditnya sedemikian rupa agar sampel menjadi representatif. Auditor harus menerapkan pertimbangan profesional dalam menentukan risiko sampling.
Risiko sampling pada pengujian substantif ada dua, yaitu: “risiko keliru menolak” dan “risiko keliru menerima”. Risiko sampling tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:


Sample
Populasi
Salah Saji ≤ TS

Salah Saji > TS

Salah Saji ≤ TS (populasi disimpulkan tidak mengandung salah saji)




Kesimpulan benar




Kesimpulan salah – salah tipe I (risiko keliru menerima)


Salah Saji > TS (populasi disimpulkan mengandung salah saji)




Kesimpulan salah – salah tipe II (risiko keliru menolak)





Kesimpulan benar


TS = Toleransi Salah saji

SAMPLING PPS (PROBABILITY PROPORTIONAL TO SIZE)
Menentukan Tujuan Rencana Sampling
Tujuan rencana sampling PPS pada umumnya adalah untuk memperoleh bukti bahwa saldo akun yang dicatat tidak salah saji secara material. Auditor perlu melaksanakan pengujian lain pada sampel atau item-item dalam populasi sebelum menyimpulkan bahwa seluruh asersi yang berkaitan dengan akun tersebut telah bebas dari salah saji yang material.

Menetapkan Populasi dan Unit Sampling
Populasi terdiri dari kelompok transaksi atau saldo akun yang diuji. Untuk setiap populasi, auditor harus memutuskan apakah seluruh item tersebut akan diikutkan. Unit sampling dalam sampling PPS adalah rupiah itu sendiri, dan populasinya adalah jumlah rupiah yang sama dengan jumlah total rupiah pada populasi tersebut. Meskipun setiap rupiah tersebut merupakan dasar pemilihan sampel, namun yang diuji auditor adalah akun, transaksi, dokumen, atau item-item sejenis yang berkaitan dengan rupiah yang dipilih.

Menentukan Ukuran Sampel
Rumus untuk menentukan ukuran sampel dalam sampling PPS adalah :
n = BV X RF
TM – (AM X EF)
BV = nilai buku populasi yang diuji
RF = faktor reliabilitas untuk resiko kesalahan penerimaan
TM = salah saji yang dapat ditoleransi
AM = salah saji yang diantisipasi
EF = faktor ekspansi untuk salah saji yang diantisipasi

Menentukan Metode Pemilihan Sampel
Metode pemilihan sampel yang paling banyak digunakan dalam sampling PPS adalah pemilihan sistematis. Metode ini memisahkan total populasi dalam rupiah ke interval yang sebanding dengan rupiah. Dengan demikian, interval sampling harus dihitung sebagai berikut : SI = BV -nY

Melaksanakan Rencana Sampling
Dalam fase perencanaan, auditor memakai prosedur auditing yang sesuai untuk menentukan nilai audit setiap unit logis yang ada dalam sampel. Ketika terjadi perbedaan, auditor mencatat nilai buku dan nilai auditnya dalam kertas kerja. Informasi ini kemudian digunakan untuk memproyeksikan salah saji total dalam populasi.

Mengevaluasi Hasil Sampel
Dalam mengevaluasi hasil sampel, auditor memperhitungkan batas atas salah saji (upper misstatement limit – UML) dari data sampel dan membandingkannya dengan salah saji yang dapat ditoleransi tertentu dalam perancangan sampel. Juka UML lebih kecil atau sama dengan salah saji yang dapat ditoleransi, hasil sampel mendukung kesimpulan bahwa nilai buku populasi tidak dicatat melebihi TM pada risiko kesalahan penerimaan yang ditetapkan. UML dihitung sebagai berikut :
UML = PM + ASR
PM = salah saji total yang diproyeksikan dalam populasi
ASR = cadangan risiko sampling

Sampling Variabel Klasik
Dalam pendekatan ini, teori distribusi normal digunakan dalam pengevaluasian karakteristik populasi berdasarkan hasil sampel yang digambarkan dari populasinya. Sampling variabel klasik bermanfaat bagi auditor pada saat tujuan audit berkaitan dengan kemungkinan kurang saji atau lebih saji dari saldo akun, dan keadaan lain ketika sampling PPS tidak tepat atau tidak efektif..

Estimasi Mean Per Unit (MPU)
Sampling estimasi MPU mencakup penentuan nilai audit untuk setiap item dalam sampel. Rata-rata nilai audit ini kemudian dihitung dan dikalikan dengan jumlah unit dalam populasi yang ditemukan pada estimasi total nilai populasi. Cadangan risiko sampling yang berkaitan dengan estimasi ini juga dihitung untuk digunakan dalam mengevaluasi hasil-hasil sampel tersebut.

Estimasi Diferensiasi
Dalam sampling estimasi diferensiasi perbedaan dihitung untuk setiap item sampel dari nilai audit item tersebut dikurangi nilai bukunya. Rata-rata perbedaan ini kemudian digunakan untuk memperoleh estimasi nilai total populasi, dan variabilitas perbedaan digunakan untuk menentukan cadangan resiko sampling yang dicapai. Tiga kondisi berikut diperlukan dalam penggunaan estimasi diferensiasi :
a. Nilai buku setiap item populasi harus diketahui
b. Total nilai buku populasi harus diketahui dan sesuai dengan jumlah nilai buku item-item secaar individual
c. Terdapat perbedaan yang besar antara nilai audit dan nilai buku yang diperkirakan

Estimasi Rasio
Dalam sampling estimasi rasio, pertama auditor menentukan nilai audit untuk setiap item dalam sampel. Berikutnya, rasio dihitung dengan membagi jumlah nilai audit dengan jumlah nilai buku untuk item sampel tersebut. Rasio ini dikalikan dengan total nilai buku untuk mendapatkan estimasi nilai populasi total. Cadangan risiko sampling kemudian dihitung berdasarkan variabilitas rasio nilai audit dan nilai buku item sampel secara individual.

Kelebihan dan Kekurangan Sampling Variabel Klasik
Kelebihan utama sampel variabel klasik adalah :
a. Sampel-sampelnya lebih mudah untuk diperluas daripada sampel PPS, jika diperlukan
b. Saldo nol dan saldo yang bertanda berbeda tidak memerlukan pertimbangan perancangan khusus
c. Jika ada perbedaan yang besar antara nilai audit dan nilai buku, tujuan auditor dapat terpenuhihanya dengan ukuran sampel yang lebih kecil dibandingkan sampling PPS
Sedangkan kekurangan utamanya adalah :
a. Sampling variabel klasik lebih rumit dibanding sampling PPS, umumnya, auditor memerlukan bantuan program komputer untuk merancang sampel yang efisien dan mengevaluasi hasil sample
b. Untuk menentukan ukuran sampel, auditor harus mempunyai estimasi penyimpangan standar karakteristik yang populasi

Kelebihan dan Kekurangan Sampling PPS
Kelebihan sampling PPS adalah :
a. Sampling PPS umumnya lebih mudah digunakan daripada sampling variabel klasik karena auditor dapat menghitung ukuran sampel dan mengevaluasi hasil sampel secara langsung atau dengan bantuan tabel
b. Ukuran sampel PPS tidak didasarkan pada beberapa ukuran penyimpangan yang diestimasi pada nilai audit
c. Sampling PPS secara otomatis menghasilkan sampel yang sudah distratifikasi karena item-itemnya dipilih dalam proporsi pada nilai rupiahnya
d. Pemilihan sampel sistematis PPS secara otomatis menujukkan beberapa item yang secara individual signifikan jika nilai-nilainya melebihi pisah batas atas moneter
e. Jika auditor memperkirakan tidak ada salah saji, sampling PPS biasanya akan menghasilkan ukuran sampel yang lebih kecil daripada hasil dari sampling variabel klasik
f. Sampel PPS lebih mudah dirancang, dan pemilihan sampel dapat dimulai sebelum tersedia populasi yang lengkap

Sebaliknya, sampling PPS mempunyai kekurangan sebagai berikut :
a. Sampling PPS mengandung asumsi bahwa nilai audit unit sampling harus tidak kurang dari nol atau lebih besar dari nilai bukti.
b. Jika kekurangsajian ditunjukkan dalam sampel tersebut, evaluasi atas sampel tersebut memerlukan pertimbangan khusus
c. Pemilihan saldo nol atau saldo dengan tanda yang berbeda memerlukan pertimbangan khusus
d. Evaluasi PPS dapat melebihi ASR jika salah saji ditemukan dalam sample

Sumber: Berbagai Sumber

11 komentar:

  1. Blognya Mantap benerrr....
    Tks Admin
    Salam kenal

    BalasHapus
  2. saya suka dengan cara anda menyajikan artikel sampling audit, terstruktur dan gampang dimengerti.

    Salam

    BalasHapus
  3. Penjelasan mengenai pengertian audit internal sangat lengkap, terima kasih artikel ini cukup bermanfaat bagi saya.

    BalasHapus
  4. saya suka dengan tampilan blog Anda... Materi auditnya oke ^^
    saya mau tanya apakah kegiatan sampling dalam audit sama dengan kegiatan sampling dalam metode penelitian?
    tolong dibantu..thanks

    BalasHapus
  5. saya mau tanya,dalam kondisi apa auditor dapat menggunakan nonstatistical sampling?

    BalasHapus
  6. Keterkaitan sampling audit dan risiko audit?

    BalasHapus
  7. Terima kasih artikelnya kak, sangat membantu ☺

    BalasHapus
  8. Bagus banget blognya, luv ^^

    BalasHapus