Senin, 09 Desember 2013

TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING, DERIVATIF DAN LINDUNG NILAI #3 | PSAK 52: Mata Uang Pelaporan

Pada umumnya laporan keuangan dilaporkan dalam mata uang lokal. Namun demikian, apabila perusahaan menggunakan mata uang selain mata uang lokal (misalnya dolar Amerika) sebagai mata uang pelaporan, maka mata uang pelaporan tersebut harus merupakan mata uang fungsional. Mata uang fungsional dapat merupakan mata uang rupiah atau mata uang selain rupiah (misalnya dolar Amerika), tergantung pada fakta substansi ekonominya.

Laporan keuangan dimaksudkan untuk memberikan informasi finansial tentang kinerja, posisi keuangan, dan arus kas perusahaan. Laporan keuangan dihasilkan dari catatan akuntansi perusahaan, sehingga mata uang yang digunakan dalam catatan akuntansi adalah mata uang yang digunakan dalam laporan keuangan. Dengan konsep ini prosedur pengukuran kembali (remeasurement) dari catatan akuntansi laporan keuangan atau penjabaran laporan keuangan (translation) tidak diperlukan lagi, kecuali untuk periode yang diperbandingkan apabila perusahaan untuk pertama kali mengadopsi Standar ini dan untuk laporan keuangan perusahaan yang dikonsolidasikan, karena pada hakekatnya laporan keuangan telah disajikan pada mata uang fungsionalnya.

Mata Uang Fungsional
Suatu mata uang merupakan mata uang fungsional apabila memenuhi indikator berikut ini secara menyeluruh (kumulatif):
  1. Indikator arus kas: arus kas yang berhubungan dengan kegiatan utama perusahaan didominasi oleh mata uang tertentu,
  2. Indikator harga jual: harga jual produk perusahaan dalam periode jangka pendek sangat dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar mata uang tertentu atau produk perusahaan secara dominan dipasarkan untuk ekspor, dan
  3. Indikator biaya: biaya-biaya perusahaan secara dominan sangat dipengaruhi oleh pergerakan mata uang tertentu.

Harga jual atau biaya perusahaan sangat dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar mata uang tertentu apabila harga jual atau biaya tersebut dihitung berdasarkan nilai tukar mata uang tertentu.
Untuk perusahaan yang mempunyai lebih dari satu anak perusahaan atau operasi terpisah dan dapat dibedakan, seperti cabang atau divisi, dimana operasi ini dapat dipandang sebagai suatu perusahaan atau kegiatan operasi terpisah, mungkin digunakan beberapa mata uang fungsional yang berbeda sehingga masing-masing mata uang tersebut perlu dipertimbangkan dalam penentuan mata uang fungsional perusahaan tersebut. Dalam penentuan mata uang fungsional tingkat relevansi dan keandalan diperoleh, misalnya melalui pemberian bobot pada masing-masing indikator tersebut di atas, kemudian atas bobot indikator individu ini ditentukan bobot secara keseluruhan. Dalam hal ini, arus kas masuk memiliki bobot paling besar. Selain pemberian bobot, juga perlu dipertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kondisi ekonomi dalam jangka panjang.

Faktor-faktor utama yang dapat mempengaruhi penentuan mata uang fungsional perlu ditentukan agar perusahaan mempunyai tolok ukur yang konsisten. Apabila faktor-faktor tersebut di atas tidak dapat secara jelas dikaitkan dengan salah satu mata uang sebagai mata uang fungsional, maka dibutuhkan pertimbangan profesional (professional judgement) dengan mempertimbangkan operasi dan kegiatan perusahaan secara rinci, dan harus dilakukan dengan tingkat relevansi dan keandalan yang paling tinggi.

Perlakuan akuntansi untuk transaksi dan saldo dalam mata uang non fungsional adalah sebagaimana diatur dalam PSAK 10 tentang Transaksi dalam Mata Uang Asing.
Mata uang selain mata uang fungsional dianggap sebagai mata uang non-fungsional, sedangkan mata uang fungsional dianggap sebagai mata uang dasar (base currency) dalam menentukan nilai tukar atau dalam perhitungan selisih kurs. Sebagai contoh, apabila berdasarkan fakta substansi ekonomi mata uang fungsional perusahaan adalah dolar Amerika, maka mata uang selain dolar Amerika dianggap sebagai mata uang non-fungsional, sehingga semua transaksi dalam mata uang non-fungsional harus ditranslasikan ke mata uang fungsional.

Penentuan Saldo Awal
Penentuan saldo awal untuk tujuan pencatatan akuntansi dilakukan dengan pengukuran kembali akun-akun laporan keuangan seolah-olah mata uang fungsional tersebut telah digunakan sejak tanggal terjadinya transaksi. Prosedur pengukuran kembali adalah sebagai berikut:
  1. Aktiva dan kewajiban moneter diukur kembali dengan menggunakan kurs tanggal neraca;
  2. Aktiva dan kewajiban non-moneter serta modal saham diukur kembali dengan menggunakan kurs historis atau kurs tanggal terjadinya transaksi perolehan aktiva tetap, terjadinya kewajiban atau penyetoran modal saham;
  3. Selisih antara aktiva, kewajiban dan modal saham dalam mata uang pelaporan baru, yang merupakan hasil perhitungan prosedur a dan b di atas, diperhitungkan pada saldo laba atau akumulasi kerugian pada periode tersebut;
  4. Pendapatan dan beban diukur kembali dengan menggunakan kurs rata-rata tertimbang selama periode yang diperbandingkan, kecuali untuk beban penyusutan aktiva tetap atau amortisasi aktiva non-moneter yang diukur kembali dengan menggunakan kurs historis aktiva yang bersangkutan;
  5. Dividen diukur dengan menggunakan kurs tanggal pencatatan dividen tersebut;
  6. Prosedur d dan e di atas akan menghasilkan selisih pengukuran kembali yang diperhitungkan pada saldo laba atau akumulasi kerugian pada periode tersebut;
  7. Selisih pengukuran kembali merupakan hasil dari perhitungan berikut: saldo laba (akumulasi kerugian) akhir tahun (hasil dari prosedur c) ditambah dengan dividen (hasil dari prosedur e) dan dikurangi dengan hasil perhitungan laba (rugi) bersih selama periode yang diperbandingkan (hasil dari prosedur d).

Penyajian Komparatif
Laporan keuangan periode yang diperbandingkan yang tidak menggunakan mata uang fungsional, harus diukur dan disajikan kembali. 

Perubahan Mata Uang Pencatatan dan Pelaporan
Perusahaan diharuskan untuk mengubah mata uang pencatatan dan pelaporan ke rupiah, apabila mata uang fungsional berubah dari bukan rupiah ke rupiah. Perubahan mata uang pencatatan dan pelaporan harus dilakukan pada awal tahun buku, tidak di tengah tahun buku.
Keputusan perusahaan untuk mengubah mata uang pelaporan hanya dapat dilakukan apabila telah terjadi perubahan substansi ekonomi dari mata uang fungsional. Dalam perjalanan hidup perusahaan, karena perubahan operasi atau pasar, mata uang fungsional perusahaan dapat saja berubah.

Konsolidasi
Laporan keuangan konsolidasi disajikan dalam mata uang fungsional setelah mempertimbangkan indikator pada paragraf 08 terhadap induk perusahaan dan tiap anak perusahaan. Penjabaran laporan keuangan anak perusahaan ke mata uang fungsional pada laporan keuangan konsolidasi dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Aktiva dan kewajiban dijabarkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca;
b. Ekuitas dijabarkan dengan menggunakan kurs historis;
c. Pendapatan dan beban dijabarkan dengan menggunakan kurs rata-rata tertimbang;
d. Dividen diukur dengan menggunakan kurs tanggal pencatatan dividen tersebut;
e. Prosedur a sampai d di atas akan menghasilkan selisih penjabaran kembali yang disajikan dalam akun ekuitas sebagai “Selisih Penjabaran”.
Mata uang pencatatan induk perusahaan harus sama dengan mata uang pelaporan konsolidasi.

Pengungkapan
Perusahaan mengungkapkan hal-hal berikut ini:
  1. Alasan penentuan mata uang pelaporan berdasarkan indikator pada paragraf 08;
  2. Perubahan mata uang pelaporan dan alasan perubahannya:

  • alasan perubahan berdasarkan indikator pada paragraf 08,
  • kurs (historis, sekarang, atau rata-rata tertimbang) yang digunakan dalam pengukuran kembali atau penjabaran,
  • ikhtisar neraca dan laporan laba-rugi yang disajikan sebagai perbandingan dalam mata uang pelaporan sebelumnya.


Pengukuran Kembali Ke Mata Uang Fungsional
Pengukuran kembali dimaksudkan untuk memperoleh hasil yang sama seperti apabila catatan akuntansi perusahaan tersebut diselenggarakan dalam mata uang fungsionalnya. Dalam proses pengukuran kembali digunakan kurs historis, kurs sekarang, dan kurs rata tertimbang. Berikut ini adalah contoh akun yang menggunakan kurs historis, kurs sekarang, dan kurs rata tertimbang.

Akun yang Diukur Kembali dengan Kurs Historis
Akun neraca
Surat berharga yang dinilai berdasarkan harga perolehan
Persediaan yang dinilai berdasarkan harga perolehan
Pembayaran di muka, seperti asuransi, iklan dan sewa
Aktiva tetap
Paten, merk dagang, lisensi, dan formula
Goodwill
Aktiva tidak berwujud lainnya
Beban ditangguhkan dan kredit, kecuali biaya perolehan polis untuk
perusahaan asuransi
Pendapatan ditangguhkan
Saham biasa
Saham preferen dinilai berdasarkan harga penerbitan

Akun laporan laba-rugi
Pendapatan dan biaya yang terkait dengan aktiva atau kewajiban non-moneter
Harga pokok penjualan
Penyusutan aktiva tetap
Amortisasi aktiva tidak berwujud
Amortisasi pendapatan yang ditangguhkan

Akun yang Diukur Kembali dengan Kurs Sekarang
Aktiva dan kewajiban selain yang disebutkan di atas diukur dengan menggunakan kurs sekarang. Pada umumnya, akun yang menggunakan kurs sekarang adalah aktiva dan kewajiban moneter.
Akun yang Diukur Kembali dengan Kurs Rata-Rata Tertimbang
Akun laporan laba-rugi seharusnya diukur dengan menggunakan kurs historis. Namun apabila hal ini diterapkan, penyusunan laporan keuangan akan menjadi tidak praktis. Dalam hal ini dapat ditempuh cara lain, yaitu dengan penggunaan kurs rata-rata tertimbang yang dapat mencerminkan perubahan kurs selama periode laporan keuangan yang dicakup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar