EKSPEKTASI MASYARAKAT
TERHADAP BISNIS DAN AKUNTANSI
Banyak orang mempunyai
suatu kepentingan dalam suatu bisnis, aktivitasnya, dan akibatnya. Jika
kepentingan dari stakeholders tidak dihargai, maka akan terjadi tindakan yang
sering menyakitkan bagi pemegang saham, para petugas, dan para direktur. Dalam
kenyataannya, tidak mungkin bisnis itu atau pekerjaan dapat mencapai sasaran
strategi jangka panjang mereka tanpa dukungan dari stakeholders, seperti
pemegang saham, karyawan, pelanggan, kreditur, para penyalur, pemerintah,
masyarakat, dan aktifis.
Dukungan untuk suatu bisnis
dan bisnis secara umum tergantung pada kredibilitas, yaitu kedudukan
stakeholder dalam komitmen perusahaan, reputasi perusahaan, dan kekuatan dari
keuntungan kompetitif, kepercayaan, sebaliknya, tergantung pada nilai yang
mendasari aktivitas perusahaan.
Stakeholder lebih mengharapkan
bahwa aktivitas perusahaan akan menghargai nilai dan kepentingan mereka. Lebih
luas, penghargaan untuk nilai dan kepentingan stakeholder menentukan
kedudukan etika dan keberhasilan dari perusahaan. Konsekuensinya,
pimpinan perusahaan diharapkan untuk mengelola perusahaan secara etis, dalam
arti mereka memandang eksekutif, karyawan dan agen bertindak secara
etis. Lebih lanjut, perusahaan lebih diharapkan untuk dapat
dipertanggungjawabkan pada stakeholder secara transparan dan dengan cara yang
etis.
Munculnya rezim pengelolaan
dan tanggung jawab untuk bisnis dan pekerjaan telah menjadi jauh lebih
memperhatikan kepentingan stakeholder dan berbagai hal yang etis, daripada yang
terjadi di masa sebelumnnya. Pimpinan perusahaan, eksekutif dan akuntan profesional,
yang sering melayani konflik kepentingan stakeholder secara langsung, harus
perduli terhadap harapan baru publik atas bisnis dan organisasi sejenis lain,
dan harus mengelola risiko. Lebih dari hanya melayani kecurigaan para
cendekiawan, kepedulian ini harus di kombinasikan dengan nilai tradisional dan
menyertakan dalam suatu rerangka untuk pengambilan keputusan etis dan tindakan.
Seperti halnya dalam kasus Enron dan kegagalan Arthur Andersen, kredibilitas,
reputasi, dan keuntungan kompetisi dari pasar modal, organisasi, manajemen,
profesional, dan pekerjaan yang dialami.
Richard De George
menyatakan bahwa jika perusahaan ingin mencatat sukses dalam bisnis, mereka
membutuhkan tiga hal pokok : produk yang baik, manajemen yang mulus dan etika.
Selama perusahaan memiliki produk yang bermutu serta berguna untuk masyarakat
dan disamping itu dikelola dengan manajemen yang tepat di bidang produksi,
financial, sumber daya manusia dan lain-lain, tetapi ia tidak mempunyai etika,
maka kekurangan ini cepat atau lambat akan menjadi batu sandungan baginya.
Selaku kegiatan ekonomis, bisnis selalu sudah dipraktekkan sepanjang sejarah.
Selaku profesi, bisnis merupakan sesuatu baru, karena sekarang tersedia
pelatihan, pendidikan dan penelitian khusus untuk memperoleh ketrampilan di
bidang itu. Kesanggupan alami saja tidak lagi mecukupi untuk memimpin sebuah
perusahaan modern.
Sejak beberapa dekade
terakhir ini, berangsur-angsur mulai diakui pula pentingnya etika dalam bisnis
dan karena itu serentak juga dalam pendidikan untuk profesi bisnis.
Dibandingkan dengan segala usaha dan program yang diadakan untuk meningkatkan
kemampuan manajemen dalam bisnis, perhatian bagi etika dalam bisnis masih
sangat terbatas. Bisnis merupakan suatu unsure penting dalam masyarakat. Dalam
masyarakat acap kali beredar anggapan bahwa bisnis tidak mempunyai hubungan
dengan etika atau moralitas. Kini telah terbentuk keyakinancukup mantap bahwa
bisnis tidak terlepas dari segi-segi moral. Bisnis tidak saja berurusan dengan
angka penjualan (sales figures) atau adanya profit pada akhir tahun
anggaran. Good business memiliki juga suatu makna moral.
Moralitas merupakan syarat mutlak yang harus diakui semua orang, jika kita
ingin terjun dalam kegiatan bisnis.
Kadang-kadang aspek etis
diperiksa dalam kerangka social yang lebih luas. Tapi bisa juga segi etika disoroti dengan eksplisit,
terutama jika kode etik perusahaan menjadi obyek langsung dari pemeriksaan.
Untuk menilai kinerja financial sebuah perusahaan sudah lama ada
standart-standart accounting yang diterima secara nasional dalam suatu negara
dan malah secara Internasional. Pada akhir tahun setiap perusahaan membuat
laporan yang didasarkan atas standar-standar tersebut. Untuk menilai kualitas
manajemen sudah terbentuk standar juga, seperti ISO 9000. Jika perusahaan
memiliki sebuah kode etik, ethical auditing itu secara khusus
terfokuskan pada kode etik tersebut.
BELAJAR DARI MASA LALU PROFESI AKUNTANSI:
KASUS ENRON-AA DAN WORLDCOM
1. Kasus Enron-AA
Enron merupakan perusahaan dari
penggabungan antara InterNorth (penyalur gas alam melalui pipa) dengan Houston
Natural Gas. Kedua perusahaan ini bergabung pada tahun 1985. Bisnis inti Enron
bergerak dalam industri energi, kemudian melakukan diversifikasi usaha yang
sangat luas bahkan sampai pada bidang yang tidak ada kaitannya dengan industri
energi. Diversifikasi usaha tersebut, antara lain meliputi future transaction,
trading commodity non energy dan kegiatan bisnis keuangan.Kasus Enron mulai
terungkap pada bulan Desember tahun 2001 dan terus menggelinding pada tahun
2002 berimplikasi sangat luas terhadap pasar keuangan global yang di tandai
dengan menurunnya harga saham secara drastis berbagai bursa efek di belahan
dunia, mulai dari Amerika, Eropa, sampai ke Asia. Enron, suatu perusahaan yang
menduduki ranking tujuh dari lima ratus perusahaan terkemuka di Amerika Serikat
dan merupakan perusahaan energi terbesar di AS jatuh bangkrut dengan
meninggalkan hutang hampir sebesar US $ 31.2 milyar.
Dalam kasus Enron diketahui
terjadinya perilaku moral hazard diantaranya manipulasi laporan keuangan dengan
mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian.
Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati
investor, kasus memalukan ini konon ikut melibatkan orang dalam gedung putih,
termasuk wakil presiden Amerika Serikat. Kronologis, fakta, data dan informasi
dari berbagai sumber yang berkaitan dengan hancurnya Enron (debacle), dapat
penulis kemukakan sebagai berikut:
1.
Board of Director
(dewan direktur, direktur eksekutif dan direktur non eksekutif) membiarkan
kegitan-kegitan bisnis tertentu mengandung unsur konflik kepentingan dan
mengijinkan terjadinya transaksi-transaksi berdasarkan informasi yang hanya
bisa di akses oleh Pihak dalam perusahaan (insider trading), termasuk praktek
akuntansi dan bisnis tidak sehat sebelum hal tersebut terungkap kepada publik.
2.
Enron merupakan salah
satu perusahaan besar pertama yang melakukan out sourcing secara total atas
fungsi internal audit perusahaan.
a.
Mantan Chief Audit
Executif Enron (Kepala internal audit) semula
adalah partner KAP Andersen yang di tunjuk sebagai akuntan publik perusahaan.
b.
Direktur keuangan Enron
berasal dari KAP Andersen.
c.
Sebagian besar Staf
akunting Enron berasal dari KAP Andersen.
3.
Pada awal tahun 2001
patner KAP Andersen melakukan evaluasi terhadap kemungkinan mempertahankan atau
melepaskan Enron sebagai klien perusahaan, mengingat resiko yang sangat tinggi
berkaitan dengan praktek akuntansi dan bisnis enron. Dari hasil evaluasi di
putuskan untuk tetap mempertahankan Enron sebagai klien KAP Andersen.
4.
Salah seorang
eksekutif Enron di laporkan telah mempertanyakan praktek akunting perusahaan
yang dinilai tidak sehat dan mengungkapkan kekhawatiran berkaitan dengan hal
tersebut kepada CEO dan partner KAP Andersen pada pertengahan 2001. CEO Enron
menugaskan penasehat hukum perusahaan untuk melakukan investigasi atas
kekhawatiran tersebut tetapi tidak memperkenankan penasehat hukum untuk
mempertanyakan pertimbangan yang melatarbelakangi akuntansi yang dipersoalkan.
5.
Pada tanggal 16
Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan triwulan ketiga. Dalam laporan
itu disebutkan bahwa laba bersih Enron telah meningkat menjadi $393 juta, naik
$100 juta dibandingkan periode sebelumnya. CEO Enron, Kenneth Lay, menyebutkan
bahwa Enron secara berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik.
6.
Pada tanggal 2
Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutan perusahaan ke pengadilan dan
memecat 5000 pegawai. Pada saat itu terungkap bahwa terdapat hutang perusahaan
yang tidak di laporkan senilai lebih dari satu milyar dolar. Dengan
pengungkapan ini nilai investasi dan laba yang di tahan (retained earning) berkurang
dalam jumlah yang sama.
7.
Enron dan KAP Andersen
dituduh telah melakukan kriminal dalam bentuk penghancuran dokumen yang
berkaitan dengan investigasi atas kebangkrutan Enron (penghambatan terhadap
proses peradilan
8.
Dana pensiun Enron
sebagian besar diinvestasikan dalam bentuk saham Enron. Sementara itu harga
saham Enron terus menurun sampai hampir tidak ada nilainya.
9.
KAP Andersen
diberhentikan sebagai auditor enron pada pertengahan juni 2002. sementara KAP
Andersen menyatakan bahwa penugasan Audit oleh Enron telah berakhir pada saat
Enron mengajukan proses kebangkrutan pada 2 Desember 2001.
10. CEO Enron, Kenneth Lay mengundurkan diri pada tanggal 2
Januari 2002 akan tetapi masih dipertahankan posisinya di dewan direktur
perusahaan. Pada tanggal 4 Pebruari Mr. Lay mengundurkan diri dari dewan
direktur perusahaan.
11. Tanggal 28 Pebruari 2002 KAP Andersen menawarkan ganti rugi
750 Juta US dollar untuk menyelesaikan berbagai gugatan hukum yang diajukan
kepada KAP Andersen.
12. Pemerintahan Amerika (The US General Services
Administration) melarang Enron dan KAP Andersen untuk melakukan kontrak
pekerjaan dengan lembaga pemerintahan di Amerika.
13. Tanggal 14 Maret 2002 departemen kehakiman Amerika memvonis
KAP Andersen bersalah atas tuduhan melakukan penghambatan dalam proses
peradilan karena telah menghancurkan dokumen-dokumen yang sedang di selidiki.
14. KAP Andersen terus menerima konsekwensi negatif dari kasus
Enron berupa kehilangan klien, pembelotan afiliasi yang bergabung dengan KAP
yang lain dan pengungkapan yang meningkat mengenai keterlibatan pegawai KAP
Andersen dalam kasus Enron.
15. Tanggal 22 Maret 2002 mantan ketua Federal Reserve, Paul
Volkcer, yang direkrut untuk melakukan revisi terhadap praktek audit dan
meningkatkan kembali citra KAP Andersen mengusulkan agar manajeman KAP Andersen
yang ada diberhentikan dan membentuk suatu komite yang diketuai oleh Paul
sendiri untuk menyusun manajemen baru.
16. Tanggal 26 Maret 2002 CEO Andersen Joseph Berandino mengundurkan
diri dari jabatannya.
17. Tanggal 8 April 2002 seorang partner KAP Andersen, David
Duncan, yang bertindak sebagai penanggungjawab audit Enron mengaku bersalah
atas tuduhan melakukan hambatan proses peradilan dan setuju untuk menjadi saksi
kunci dipengadilan bagi kasus KAP Andersen dan Enron .
18. Tanggal 9 April 2002 Jeffrey McMahon mengumumkan
pengunduran diri sebagai presiden dan Chief Opereting Officer Enron yang
berlaku efektif 1 Juni 2002.
19. Tanggal 15 Juni 2002 juri federal di Houston menyatakan KAP
Andersen bersalah telah melakukan hambatan terhadap proses peradilan.
Pembahasan
Masalah
Menurut teori fraud ada 3 komponen
utama yang menyebabkan orang melakukan kecurangan, menipulasi, korupsi dan
sebangsanya (prilaku tidak etis), yaitu opportunity; pressure; dan
rationalization, ketiga hal tersebut akan dapat kita hindari melalui
meningkatkan moral, akhlak, etika, perilaku, dan lain sebagainya, karena kita
meyakini bahwa tindakan yang bermoral akan memberikan implikasi terhadap
kepercayaan publik (public trust). Praktik bisnis Enron yang menjadikannya
bangkrut dan hancur serta berimplikasi negatif bagi banyak pihak. Pihak yang
dirugikan dari kasus ini tidak hanya investor Enron saja, tetapi terutama
karyawan Enron yang menginvestasikan dana pensiunnya dalam saham perusahaan
serta investor di pasar modal pada umumnya (social impact). Milyaran dolar
kekayaan investor terhapus seketika dengan meluncurnya harga saham berbagai
perusahaaan di bursa efek. Jika dilihat dari Agency Theory, Andersen sebagai
KAP telah menciderai kepercayaan dari pihak stock
holder atau principal untuk
memberikan suatu fairrness information
mengenai pertanggungjawaban dari pihak agent dalam mengemban amanah dari principal. Pihak agent dalam hal ini
manajemen Enron telah bertindak secara rasional untuk kepentingan dirinya (self interest oriented) dengan melupakan
norma dan etika bisnis yang sehat.
Dampak Akibat
Kasus Enron dan KAP Andersen
Kasus ini memberikan dampak di
Amerika bahkan di Indonesia. Kasus ini mempunyai implikasi terhadap pembaharuan
tatanan kondisi maupun regulasi praktik bisnis di Amerika Serikat antara lain :
1.
Pemerintah AS
menerbitkan Sarbanes-Oxley Act (SOX) untuk melindungi para investor dengan cara
meningkatkan akurasi dan reabilitas pengungkapan yang dilakukan perusahaan
publik. Selain itu, dibentuk pula PCAOB (Public Company Accounting Oversight
Board) yang bertugas:
a.
Mendaftar KAP yang
mengaudit perusahaan publik
b.
Menetapkan atau
mengadopsi standar audit, pengendalian
mutu, etika, independensi dan standar lain yang berkaitan dengan audit
perusahaan publik
c.
Menyelidiki KAP dan
karyawannya, melakukan disciplinary hearings, dan mengenakan sanksi jika perlu
d.
Melaksanakan kewajiban
lain yang diperlukan untuk meningkatkan standar professional di KAP
e.
Meningkatkan ketaatan
terhadap SOX, peraturan-peraturan PCAOB, standar professional, peraturan pasar
modal yang berkaitan dengan audit perusahaan publik.
2.
Perubahan-perubahan
yang ditentukan dalam Sarbanes-Oxley Act
a.
Untuk menjamin
independensi auditor, maka KAP dilarang
memberikan jasa non audit kepada perusahaan yang diaudit. Berikut ini adalah
sejumlah jasa non audit yang dilarang :
1)
Pembukuan dan jasa
lain yang berkaitan.
2)
Desain dan implementasi
sistem informasi keuangan.
3)
Jasa appraisal dan
valuation
4)
Opini fairness
5)
Fungsi-fungsi berkaitan
dengan jasa manajemen
6)
Broker, dealer, dan
penasihat investasi
(1)
Membutuhkan
persetujuan dari audit committee perusahaan
sebelum melakukan audit. Setiap perusahaan memiliki audit committee ini karena
definisinya diperluas, yaitu jika tidak ada, maka seluruh dewan komisaris
menjadi audit committee.
(2)
Melarang KAP
memberikan jasa audit jika audit partnernya telah memberikan jasa audit tersebut
selama lima tahun berturut-turut kepada klien tersebut.
(3)
KAP harus segera
membuat laporan kepada audit committee
yang menunjukkan kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan, alternatif
perlakuan-perlakuan akuntansi yang sesuai standar dan telah dibicarakan dengan
manajemen perusahaan, pemilihannya oleh manajemen dan preferensi auditor.
(4)
KAP dilarang
memberikan jasa audit jika CEO, CFO, chief
accounting officer, controller klien sebelumnya bekerja di KAP
tersebut dan mengaudit klien tersebut setahun sebelumnya.
3.
SOX melarang
pemusnahan atau manipulasi dokumen yang dapat menghalangi investigasi
pemerintah kepada perusahaan yang menyatakan bangkrut. Selain itu, kini CEO dan
CFO harus membuat surat pernyataan bahwa laporan keuangan yang mereka laporkan adalah
sesuai dengan peraturan SEC dan semua informasi yang dilaporkan adalah wajar
dan tidak ada kesalahan material. Sebagai tambahan, menjadi semakin banyak
ancaman pidana bagi mereka yang melakukan pelanggaran ini.
4.
International
Federation Accountants (IFAC), pada akhir tahun 2001 merevisi kode etik bagi
para akuntan yang bekerja agar menjadi whitstleblower sebagai berikut “ para
profesional dituntut bukan hanya bersikap profesional dalam kaidah-kaidah
aturan profesi saja tetapi profesional juga dalam menyatakan kebenaran pada
saat masyarakat akan dirugikan atau ada tindakan-tindakan perusahaan yang tidak
sesuai dengan hukum yang berlaku”.
5.
AICPA dan The Big Five
KAP di Amerika mendukung inisiatif Reform yang melarang KAP untuk menawarkan
jasa internal audit dan jasa konsultasi lainnya kepada perusahaan yang menjadi
klien audit KAP yang bersangkutan.
6.
Jhon Whitehead dan Ira
Millstein, ketua bersama Blue Ribbon Committe SEC,mengeluarkan rekomendasi
tentang perlunya kongres menyusun Undang-Undang yang mengharuskan perusahaan Go
Public melaksanakan dan melaporkan ketaatanyan terhadap pedoman corporate
governance.
7. Securities Exchange Commission (SEC) dan New York Stock
Exchange (NYSE), menyerukan bahwa auditor internal harus lebih mempertajam
peran dalam pemeriksaan ketaatan, mengelola resiko, dan mengembangkan operasi
bisnis, dan setiap perusahaan diwajibkan untuk memiliki fungsi audit intern
(James : 2003).
2. Kasus WorldCom
Worldcom pada awalnya merupakan
perusahaan penyedia layanan telpon jarak jauh. Selama tahun 90an perusahaan ini
melakukan beberapa akuisisi terhadap perusahaan telekomunikasi lain yang
kemudian meningkatkan pendapatnnya dari $152 juta pada tahun 1990 menjadi $392
milyar pada 2001, yang pada akhirnya menempatkan worldcom pada posisi ke 42
dari 500 perusahan lainnya menurut versi majah fortune.
Akuisisi yang besar telah terjadi
pada tahun 1998 pada saat worlcom mengambil alih perusahaan MCI yaitu peruahaan
kedua terbesar di Amerika yang bergerak pada bidang telekomunikasi jarak jauh.
Dan pada tahun yang sama Worldcom membeli perusahaan UUNet, Compuserve, dan
jaringan data AOL (american Online) yang mengukuhkan posisi Worldcom menjadi
operator no 1 dalam infrastruktur internet.
Pada tahun 1990 terjadi masalah
fundamental ekonomi pada Worldcom yaitu terlalu besarnya kapasitas
telekomunikasi. Masalah ini terjadi karena pada tahun 1998 Amerika mengalami
resesi ekonomi sehingga permintaan terhadap infrastruktur internet berkurang
drastis. Hal ini berimbas pada pendapatan Worldcom yang menurun drastis
sehingga pendpatan ini jauh dari yang diharapkan.padahal untuk biaya akuisisi
dan untuk membiayai investasi infrastruktur Worldcom menggunakan sumber
pendanaan dari luar atau utang.
Worldcom bukan satu-satunya
perusahaan yang memiliki masalah keuangan pda saat itu, perusahaan lain yang
mengalami masalah keuangan antara lainQwest Communications, Global Crossing,
Adelphia, Lucent Technologies,dan Enron. Perusahaan-perusahaan tersebuit
memiliki investasi yang besar dalam bisnis internet. Seperti pada perusahaan
tadi investor di Worldcom mengalami kerugian besar. Nilai pasar saham
perusahaan Worldcom turun dari sekitar 150 milyar dollar (januari 2000) menjadi
hanya sekitar $150 juta (1 juli 2002). Keadaan ini mebuatan pihak manajemen
berusaha melakukan praktek-praktek akuntansi untuk menghindari berita buruk
tersebut.
Praktek
Akuntansi
Dalam laporannya pada 25 Juni
Worldcom mengakui bahwa perusahan mengklasifikasikan lebih dari $ 3,8 milyar
untuk beban jaringan sebagai pengeluaran modal.beben jaringan adalah beban yang
dibayar oleh Worldcom kepda perusahaan lain untuk jaringan telekomunikasi,
seperti biaya akses dan biaya pengiriman pesan bagi Worldcom. Dilaporkan
sekitar $ 3,005 milyar telah salah diklasifiksi pada tahun 2001, sementara
sisanya sekitar $ 797 juta pada triwulan pertama tahun 2002.berdasarkan data
Worldcom $14,7 milyar pad tahun 2001 disajikan sebagai biaya.
Dengan memindahkan akun beban kepada
akun modal, Worldcommampu menaikkan pendapatan atau laba. Worldcom mampu
menaikan laba karena akun beban dicatat lebih rendah, sedangkan akun aset
dicatat lebih tinggi karena beban kapitalisasi disajikan sebagai beban
investasi. Kalau hal itu tidak terdeteksi praktek ini akan berakibat pendapatan
bersih yang lebih rendah dalam tahun-tahun brikutnya. Karena beban kapitalisasi
jaringan tersebut akan didepresiasikan.secara esensi beban kapitalisasi
jaringan akan memungkinkan perusahaan untuk mengalokasikan biyanya dalam
beberapa tahun dimasa depan, mungkin antara 10 tahun bahkan lebih.
Staf akuntan Worldcom telah
diwawancara sebelum tanggal 25 Juni. Pada Maret 2002 SEC meminta data dari
perusahaan berupa item-item yang berhubungan dengan Laporan Keuangan. Termasuk
didalamnya :
1.
Komisi penjualan dan tagihan-tagihan yang bermasalah
2.
Sanksi administrsi terhadap pendapatan yang berhubungn
dengan pelanggan dalam sekala besar
3.
Kebijakan akuntansi untuk merger
4.
Pinjaman kepada CEO
5.
Integrasi sistem komputer Worldcom dengan MCI
6.
Analisis ekspektasi pendapatan saham WC
1 Juli 2002 worldcom mengumumkan
bahwa akun cadangan di Worldcom juga diinvestigasi/diperiksa. Perusahaan
membuat akun ini untuk mengantisipasi kejadian-kejadian luar biasa yang tidak
dapat diprediksi. Seperti utang pajak tahun depan. Seharusnyaakun ini tidak
boleh dimanipulasi untuk memperoleh pendapatan.
8 Agustus, Worldcom mengakui bahwa
mereka telah menggunakan akun cadangan secara tidak benar. Dakwaan yang
dilaporkan pada tanggal 28 agustus adalah bahwa akun cadangan dikurangi untuk
menutupi biaya jaringan yang telah dikapitalisasi.
Pertanyaan
Audit
Berdasarkan latar belakang tersebut,
penyajian beban jaringan sebagai pengeluaran modal ditemukan oleh internal
auditor Cynthia Cooper. Mei 2002 Auditor Cynthia Cooper mendiskusikan masalah
tersebut kepada kepala keuangan Worldcom Scott D. Sullivan dan controller
perusahaan saat itu David F. Myers. Cooper melaporkan masalah tersebut pada
kepala komite audit Max Bobbitt, sekitar 12 Juni. Yang kemudian Max Bobbitt
meminta kepada KPMG selaku eksternal auditor saat itu untuk melakukan
investigasi.
Kepala keuangan worldcom diminta
untuk mengkoreksi salah saji/salah pengklasifikasiannya. Setelah berdiskusi
lebih lanjut Scott D. Sullivan dipecat pada saat Worldcom mengadakan
pengumuman. Pada hari yang sama David F. Myers mengundurkan diri. Dilaporkan
bahwa Sullivan tidak pernah mengkonsultasikan penyajian tersebut kepada Artuhr
Anderson selaku auditor eksernal pada tahun 2001. dan Arthur Anderson pun
menyatakan bahwa Sullivan tidak pernah berkonsultasi dengan nya.
Pada tanggal 15 Juli,Tauzi yang
merupakan House Energy and Commerce Committee mengatakan bahwa berdasarkan
dokumen-dokumen internal dan email Worldcom mengindikasikan bahwa sebenarnya
pihak eksekutif sudah mengetahui salah saji tersebut sejak awal musim panas
2000 silam.
Internal auditor adalah pertahanan
awal terhadap kesalahan paktek-praktek akuntansi dan kecurangan akuntansi. Satu
pertanyaan kepada Internal Auditor Worldcom adalah kenapa butuh waktu lama (1
tahun) untuk mengungkap salah saji ini. Padahal mengingat nilai kapitalisasi
yang begitu besar dan pengaruhnya terhadap nilai pendapatan bersih dan total
aktiva harusnnya bisa diungkap lebih cepat.
Pertanyaan yang lebih berat
dilyangkan kepada KAP Arthur Anderson , beberapa pengamat menyatakan bahwa
Arthur Anderson tahu mengenai salah saji yang dilakukan pihak Worldcom. Karena
seharusnya Arthur Anderson bertugas untuk mengaudit kesalah semacam itu,
apalagi kesalah ini sangat material. Beberapa pengamat juga menyatakan bahwa
Arthur Anderson seharusnya lebih peka terhadap kondisi keuangan Worldcom, yang
dapat mengakibatkan manajemen perusahaan melakuakan hal diluar kewajaran
praktek akuntansi.
Dampak
25 Juni 2002, saham Worldcom dari
$64,5 pada pertengahan 1999 menjadi kurang dari $2 per saham. Dan turun lagi
hingga kurang dari $1 yang akhirnya nilai sahamnya kurang dari 1 sen. Para
pegawai Worldcom yang mempunyai saham perusahaan sebagai bagian dari dana
pensiun mereka juga mengalami kerugian. Pada akhir tahun 2000 sekitar 32 % atau
$642,3 juta dana pensiun mereka berupa saham.Dan mengumumkan akan memberhentikan
17.000 karyawan dari total 85 ribu karyawan.
21 Juli 2002, Worldcom mengikuti
program proteksi kebangkrutan sementara dari departemen kehakiman Amerika
serikat. Worldcom melaporkan aset sebesar $103 milyar dengan total utang $41
milyar. Kebangkrutan Worldcom merupakan kebangkrutan yang paling besar di
Amerika Serikat
Pada tahun 2004 Worldcom berubah nama
mnjadi MCI, dan CEO Worldcom diganti dari Ebbers menjadi john Sidgemore. Scott
D. Sullivan didakwa dengan hukuman penjara maksimum 25 tahun penjara sedangkan
Ebbers didakwa dengan hukuman penjara lebih dari 25 tahun.
Sumber: Berbagai sumber
izin copy terimakasih
BalasHapus